Jumat, 30 Maret 2012

Memoar Seorang Geisha



Judul: Memoar Seorang Geisha
Penulis: Arthur Golden
Penerjemah: Listiana Srisanti
Halaman: 490
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9789796866526

Chiyo, hanyalah anak seorang nelayan miskin di kawasan Yoroido, Jepang. Dengan rumah kecil yang selalu bergoyang ketika ditiup angin laut, sehingga dia menyebut rumahnya sebagai rumah mabuk, saking tak kuatnya menahan angin, dia tinggal bersama kakak perempuannya, ayah dan ibunya yang sakit-sakitan. Kemiskinan akhirnya membuat Chiyo dan kakaknya dijual ke okiya (rumah Geisha) dan untuk biaya pemeliharaannya, Chiyo harus membayar hutang yang kelak dibayar dengan penghasilan sebagai seorang Geisha.

Namun usahanya untuk kabur, membuat berang pemilik okiya, dan membuat Chiyo harus menerima sanksi untuk kemungkinan hanya menjadi pelayan saja. Namun di tengah kegalauan hatinya, pertemuannya dengan Iwamura Ken, membuat dia membulatkan tekad untuk berusaha menjadi geisha agar kelak bisa bertemu kembali dengan pria itu kelak. Dan dengan bimbingan Mameha, seorang geisha senior dari Okiya tetangga, akhirnya Chiyo berhasil menjadi seorang geisha dengan menggunakan nama Nitta Sayuri. Dan perjalanannya untuk menemui Iwamura Ken, dimulai. 

Kisah kehidupan geisha begitu hidup di buku ini. Saya masih bisa melihat bagaimana pesta demi pesta minum teh yang dihadiri orang-orang kaya yang dihibur oleh geisha, sampai kehidupan sosial di sekitar geisha terangkum dalam novel ini. Dan yang menarik, kisah ini ditulis bukan oleh penulis Jepang, tetapi penulis Amerika. Meskipun demikian, dengan pengetahuan yang kaya akan budaya Jepang serta riset yang mendalam menjadikan buku ini bagus untuk mengetahui sosok hidup seorang geisha. Meskipun mengangkat kehidupan perempuan dan perjuangannya, saya sendiri menyukai buku ini. Kisah perjuangan yang indah, di tengah masa perang dunia di Jepang, menjadikan kita paham akan kehidupan di Jepang pada masa pertengahan. 

Dibaca dalam rangka review buku bersama bertema perempuan oleh BBI, 30 Maret 2012

Pope Joan: Sebuah Novel

Judul: Pope Joan: Sebuah Novel
Penulis: Donna Woolfolk Cross
Penerjemah: FX Dono Sunardi
Tebal: 736
Penerbit: Serambi
ISBN: 9791112436

Paus Joan, bisa jadi merupakan sosok kontroversial dalam sejarah agama Katolik Roma. Keberadaannya diragukan namun berbagai dokumen sejarah meyakini bahwa yang bersangkutan pernah hidup dan memimpin tampuk pemerintahan kepausan. 

Donna Woolfolk Cross menuliskan kisah hidup Pope Joan, dalam buku berjudul Pope Joan, dan diterjemahkan oleh penerbit Serambi menjadi buku Pope Joan: Sebuah Novel, ini. Joan kecil, di buku ini, sudah mengalami kesusahan karena usahanya untuk mempelajari ilmu pengetahuan karena dihalang-halangi oleh sang ayah, seorang kanon agama Katolik di desa Ingelheim. Sebenanya apa yang salah dari sosok Joan kecil? Tak ada, hanya karena pada zaman itu, wanita adalah makhluk kelas terbelakang dalam kesejajaran hubungan gender. Oleh karena itu, perempuan tak boleh menuntut ilmu. Sosok perempuan hanya ada untuk menjadi ibu rumah tangga, yang di saat usia belasan tahun sudah dinikahkan. Apalagi ilmu yang dipelajari Joan tak semata berupa materi agama, tetapi juga materi yang ditulis oleh kaum pagan sebelum agama Kristen lahir. Joan hanya bisa belajar secara bersembunyi bersama Matthew, kakaknya, yang disiapkan menjadi pemuka agama oleh ayahnya, membaca dan menulis. Namun kesedihan luar biasa didapatkannya, ketika Matthew meninggal karena sakit.

Tapi tak lama kemudian, keberuntungan datang bagi Joan ketika rumahnya didatangi oleh Aesculapius, seorang pengajar schola, yang percaya akan kecerdasan yang dimiliki oleh Joan, sehingga mau meluangkan waktunya untuk mengajari Joan dan John, yang juga adalah kakaknya, yang sebenarnya tidak memiliki minat untuk belajar dan kecerdasannya yang kurang, namun digadang-gadangkan oleh sang ayah untuk menggantikan Matthew, sang kakak sulung. Semenjak itu, karir sekolah Joan berlanjut, sampai dia bertemu dengan Gerold, seorang pegwai kekaisaran Frankland, yang menjadi orang tua asuh bagi Joan dan belakangan menjadi kekasih bagi Joan.

Perubahan terjadi ketika terjadi penyerangan oleh orang-orang Viking, dimana kakak Joan, John tewas terbunuh. Semenjak itu, dengan menyamar menjadi John, Joan akhirnya hidup sebagai lelaki dan hidup menjadi biarawan di Fulda. Semenjak itu karir keagamaan Joan melesat, sampai ketika dia berkelana ke Roma, Joan mengalami pucak karirnya, yaitu menjadi seorang Paus, di tengah intrik politik memperebutkan kepemimpinan Paus. Ketika menjadi Paus, Joan tidak semerta-merta mementingkan kekuasannya tetapi mau memperjuangkan kaum wnaita dengan berupaya mendirikan sekolah untuk perempuan, juga berani menempuh resiko, untuk peduli kepada rakyat Roma yang hidup dalam kemiskinan. 

Buku ini Pope Joan bagi saya sangat enak dibaca. Saya bisa merasakan, bagaimana menderitanya hidup sebagai perempuan, bagi Joan, meskipun dirinya diberkahi kekuatan berpikir dan berlogika yang tinggi. Bagaimana kerasnya Joan, menghadapi diskriminasi terhadap perempuan, sampai memutuskan untuk menyamarkan diri menjadi seorang laki-laki, sampai pada puncak karirnya yang tak pernah diimpi-impikannya menjadi seorang Paus. Beberapa kesulitan memang saya temukan, ketika menjumpai kalimat latin, yang seringkali tidak diterjemahkan, namun bisa ditangkap maknanya ketika kita melihatnya dalam konteks kalimatnya. Selain itu, pemahaman akan sejarah masa silam begitu terasa. Sosok Pope Joan yang cerdas, berani, tanggap akan penderitaan orang lain serta tegas, tergambarkan dengan baik dalam kisah ini. Mengingat kisah yang bagus, 4 dari 5 bintang, saya berikan untuk buku ini.   

Dibaca dalam rangka review buku bersama Pope Joan oleh BBI, 30 Maret 2012

Senin, 19 Maret 2012

Kejahatan dan Hukuman


Judul: Kejahatan dan Hukuman
Penulis: Fyodor Dostoyevsky
Penerjemah: Ahmad Faisal Tarigan
Jumlah Halaman: 448
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia
ISBN: 9794613819

Berbeda dengan novel kriminal lain, Kejahatan dan Hukuman, salah satu mahakarya Fyodor Dostoyekvsky menunjukkan salah satu kisah yang dalam. Kisahnya sendiri tidak menceritakan tentang bagaimana seting pengungkapan dan penangkapan pelaku kejahatan seperti kisah kriminal biasa, bahkan jalannya pembunuhan yang menjadi kisah pembunuhan dan si pelakunya sudah terang di buku ini, tetapi bagaiaman sang pelaku pembunuhan yang adalah tokoh utama dalam buku ini, bergumul dengan pemikiran-pemikirannya sendiri tentang pembunuhan yang telah dia lakukan.


Rodion 'Rodya' Raskolnikov, tokoh utama dalam buku ini adalah seorang mahasiswa miskin yang memutuskan untuk membunuh Alyona Ivanovka, seorang wanita lintah darat. Ketika melakukan pembunuhan, tanpa diduga oleh Rodya, adik Alyona, Lizaveta Ivanovka datang dan Radya pun harus membunuhnya juga, meskipun tanpa ada rencana untuk itu. Setelah pembunuhan itu, ia berhasil melarikan diri dengan sebagaian harta Alyona yang di sembunyikan kemudian.


Pergulatan Rodya dengan pemikirannya setelah peristiwa pembunuhan tersebut menjadi inti dari buku ini. Beberapa kali interaksinya dengan orang-orang di sekitarnya, hanya menjadikan latar untuk kembali berpikir menagenai pembunuhan yang telah ia lakukan. Dan kisah ini sebenarnya tak hanya bercerita tentang pemikiran mendalam Radya akan pembunuhan yang dilakukannya saja, tetapi juga berputar pada berbagai pemikirannya di berbagai peristiwa yang terjadi setelah pembunuhan tersebut, seperti keinginan Dournia yang berkeinginan menikah dengan Luzhin, yang justru tidak disukai oleh Rodya, guna menyelamatkan keuangan Rodya karena Luzhin memiliki kekayaan, perenungan akan kehidupan Marmeladov dan keluarganya, sahabat barunya yang dia kenal di rumah minum. Kedalaman psikologis tokoh Rodya dalam buku inilah yang menggambarkan novel ini menjadi salah satu kisah klasik yang populer, dan menjadikan BBC memilihnya sebagai salah satu dari 100 novel terbaiknya.

Selasa, 06 Maret 2012

A Little Princess (Putri Raja Cilik)

Judul: A Little Princess (Putri Raja Cilik)
Penulis: Francess Hodgson Burnett
Penerjemah: Julanda Tantani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 312
ISBN: 9789792264067

Satu lagi kisah klasik yang melegenda, A Little Princess karya Frances Hodgson Burnett. Senada dengan karya lainnya, Secret Garden, Burnett mengisahkan perjuangan seorang putri kecil yang ditinggal mati kedua orangtuanya, tapi dengan latar dan kisah yang berbeda.

Sara Crewe, ditinggalkan oleh ayahnya, Kapten Crewe untuk bersekolah di sekolah Miss Michin di London. Kapten Crewe sendiri adalah seorang kapten Inggris yang bekerja di India. Kekayaan ayahnya, tidak menyebabkan Sara menjadi insan yang sombong. Pun demikian dengan kepintarannya. Sara tetap menjadi sosok yang bersahabat. Teman-teman dekatnya sendiri adalah siswa yang dijauhi oleh siswa-siswa lainnya. Emergarde St. John yang tak terlalu pintar, Lottie Legh yang manja, serta Becky pesuruh sekolah yang miskin.

Suatu saat, kabar datang dari pengacara Kapten Crewe yang mengabarkan meninggalnya sang kapten. Dan yang membuat tragis, adalah tak adanya warisan dari sang ayah kepada Sara, karena kebangkrutan yang dialami ayahnya ketika menginvestasikan hartanya kepada temannya dalam usaha penambangan berlian. Sara yang selalu dibanggakan oleh Miss Michin, pemilik sekolah, statusnya merosot drastis di mata Miss Michin. Semenjak itu Miss Michin memberlakukan Sara dengan sangat kejam dan tanpa belas kasihan. Sara diangkat menjadi pesuruh di sekolah dan seringkali mendapat tugas yang terlalu berat, sampai kerapkali Sara tidak mendapatkan jatah makan. Sara sendiri menghadapinya dengan kekuatan imajinasinya. Berimajinasi mendapatkan sesuatu yang indah di tengah penderitaannya. Ada satu fragmen yang membuat saya tersentuh, ketika Sara memberikan rotinya kepada Anne, gelandangan di depan sebuah toko roti, meskipun Sara sendiri sebenarnya merasa sangat kelaparan. Dan hal inilah yang bisa membuat Sara tetap bertahan. Judul Putri Raja Cilik sendiri berasalkan dari imajinasi Sara menjadi Putri Raja yang menyayangi dan mengasihi rakyatnya.

Bagi saya, bacaan ini layak menjadi rujukan bagi kalangan anak-anak di Indonesia. Semangat untuk tak mau kalah akan penderitaan yang dialami dikisahkan dengan indah di buku ini. Kekuatan buku semacam ini, yang saya kira bisa membuat generasi anak-anak Indonesia di masa yang akan datang menjadi harapan. Populernya buku ini di goodreads, situs pertemanan pembaca buku, ditunjukkan dengan rataan rating yang tinggi (4, 17 dari 5) serta jumlah edisi yang mencapai 310 buah (kunjungan situs pada 6 Maret 2012). Sedangkan berdasarkan informasi wikipedia, A Little Princess telah 5 kali difilmkan dan telah dibuat 6 versi acara televisi. Menunjukkan kisah ini tak lekang akan waktu.

Senin, 05 Maret 2012

Bebas (Out)

Judul: Bebas
Penulis: Natsuo Kirino
Penerjemah: Lulu Wijaya
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 576 Halaman 
ISBN: 9789792227604

Ada kengerian bagi saya ketika membaca buku ini, tapi herannya saya menikmati membaca buku ini. Tapi memang banyak penulis Jepang yang piawai menulis kisah kriminal. Novel yang berjudul asli Out ini sendiri di cover edisi Indonesianya yang diterbitkan Gramedia, tertuliskan pemenang Japan's Grand Prix for Crime Fiction, dan Finalis Edgar Award. Rasanya memang tak salah kalau novel ini mendapat penghargaan.

Kisahnya sendiri menggambarkan kehidupan sebuah kelompok wanita yang berkerja pada shift malam di sebuah pabrik makanan kotak. Masako Katori, Kuniko Jonouchi, Yoshie Azuma dan Yayoi Yamamoto. Keempat wanita itu memiliki masalah-masalah tersendiri dalam kehidupan berumahtangga mereka. Masako berpisah kamar dengan suaminya dan anaknya tak mau bicara sama sekali. Kuniko yang memiliki hobi hidup mewah namun mendanainya dari hutang ke hutang, ditinggal oleh suaminya dengan membawa habis semua uang dan isi tabungan. Yoshie yang dibenci oleh mertuanya tetapi harus mengasuhnya dan memiliki anak yang suka membohongi dirinya. Tapi pucaknya adalah Yayoi membunuh suaminya, Kenji Yamamoto, yang melakukan kekerasan fisik kepada istrinya. Masako, kemudian memutuskan membantu Yayoi menyingkirkan mayat Kenji, dengan bantuan Yoshie dan Kuniko, dengan cara yang tragis, memotong mayatnya dan membuang potongan-potongannya ke berbagai tempat. Jumonji, seorang rentenir yang menghutangi Kuniko, untuk membiayai kemewahannya akhirnya mengetahui rahasia pembunuhan tersebut. Kecurigaan polisi tertuju pada Mitsuyoshi Satake, pemilik club yang menjadi langganan Kenji karena ada sebelum diketemukan meninggal, Satake berkelahi dengan Kenji. Karena kurangnya bukti, Satake, bisa lepas setelah sempat ditahan dan diinterogasi. Keluarnya Satake dimanfaatkannya untuk membalas dendam.

Latar yang bertukar-tukar antara tokoh-tokohnya menjadikan buku ini agak sedikit lambat dibacanya. Apalagi alurnya agak lambat. Tapi inilah yang saya rasa menjadikan buku ini menarik. Detailnya sangat bagus, apalagi seting tempat yang belum umum bagi pembaca Indonesia, yaitu di negeri Jepang. Ada beberapa hal kecil yang tidak terbiasa bagi orang Indonesia, seperti jadwal membuang sampah. Tapi gambaran yang diberikan penulis sudah bisa mendeskripsikan dengan baik. Terlepas genrenya yang merupakan misteri kriminal, kita bisa mendapatkan agak detail tentang kisah kehidupan wnaita dan keluarga di Jepang. Yang mengesankan adalah ceritanya yang mencekam dari awal sampai akhir.

Kamis, 01 Maret 2012

Orang-Orang Proyek

Judul: Orang-orang Proyek
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 224
ISBN: 9792225811

Ir. Kabul, seorang insinyur sipil dan mantan aktivis kampus, mendapatkan tugas untuk mengawasi jalannya pembangunan sebuah jembatan di sungai Cibawor. Dengan latar awal tahun 1990-an, novel ini mengisahkan pertempuran antara idealisme hidup bersih melawan realisme korupsi yang marak di zaman orde baru. Di saat itu, sudah menjadi rahasia umum, bahwa di segala aspek kehidupan, Indonesia digerogoti jahatnya korupsi, kolusi dan nepotisme. Kejahatan ini mencuat dalam berbagai proyek, salah satunya proyek pembangunan jembatan yang disastrakan oleh Ahmad Tohari dalam buku ini, dengan sangat lugas. Seperti contoh, dalam upaya menanamkan ideologi orde baru, di bagian ketika pertemuan tokoh parpol yang berkuasa dengan Basar, kepala desa yang juga rekan kampus Kabul, sang tokoh Parpol berkata:
"Ya, tapi jangan lupa, mintalah orang dinas kebudayaan mengubah pupuh-pupuh atau lirik nyanyian lengger. Sesuaikan kata-katanya dengan semangat Orde Baru. Misalnya ini: Kembange kembang terong. Kepengin cemerong-cerong. Arep nembung akeh ewong. Itu bunyinya yang asli. Tapi seniman lengger zaman sekarang harus diordebarukan. Maka, parikan tadi akan kita ubah jadi begini: Kembange kembang terong. Kepengin cemerong-cerong. Orde baru pilihan inyong." [halaman 83]
Tokoh utama cerita ini, Kabul adalah seorang sosok idealis, tak ingin jembatan hasil pekerjaannya menjadi tidak bermutu. Namun apa daya, atasannya langsung, Ir. Dulkijo, meminta Kabul di setiap kesempatan, untuk lebih hidup secara realistis. Yang berarti mau tunduk kepada keadaan, dimana tak mengapa jembatan berkualitas buruk, ketika sebagian dana proyek terserap ke "tangan yang salah", membiarkan proses "permainan" di belakang dan penguasa mendapatkan "bagian yang tak semestinya". Alasan yang dikemukakan oleh Dulkijo ketika mengatakan bahwa kalaulah jembatan rusak, akan ada proyek baru untuk memperbaikinya, sehingga kontraktor tempat mereka bekerja akan ketambahan duit lagi, menjadi rayuan maut yang menggiurkan. Siapa yang tak akan berpikir, dengan adanya proyek di tengah jalan yang menguntungkan, akan ada proyek di masa depan untuk memperbaiki hasil proyek kita pertama, dan tentu saja uang akan semakin mengalir, tak peduli uang itu adalah milik rakyat, yang lebih berhak mendapatkan proyek yang lebih berkualitas. Mental "orang proyek" digambarkan Tohari, ketika insinyur yang ada telah kehilangan komitmen profesi dan tanggung jawab keilmuan mereka, pekerja proyek yang sering mencuri materi proyek, partai berkuasa dan pejabat yang meminta "jatah" dari proyek yang ada, sampai perusahaan kontraktor yang tidak menimbang kualitas hasil proyek demi keuntungan belaka.

Dalam cerita ini ada sosok pak Tarya, pensiunan PNS dan mantan wartawan yang kadang menyejukan hati Kabul, di tengah kebimbangannya. Dalam berbagai kisah, ketika menemani pak Tarya memancing ataupun dalam berbagai perbincangan, Kabul mendapatkan berbagai petuah, seperti:

"Cuma kadang saya ingin bilang, kekuasaan tidak langgeng. Semua punya titik akhir. Dan satu hal lagi. Kita mengenal pepatah, trima sing nglakoni, ora trimo sing ngemongi. Artinya jangan anggap enteng orang-orang tertindas, tapi hanya bisa diam. Sebab yang ngemong, Gusti Allah, ada di belakang mereka." [halaman 136]
Apakah idealisme cukup membuat Kabul bertahan dalam pelaksanaan proyek tersebut? Ahmad Tohari membuat kisah yang sepertinya terlupakan di masa orde baru, tapi tetap faktual di era reformasi ini, sangat humanis. Kita akan menjumpai kisah anak-anak muda pekerja proyek yang minim hiburan terhibur oleh tante Ana, seorang waria yang sering datang di saat penggajian. Kita akan menemukan kisah Wati, sekretaris proyek, yang mencintai Kabul, yang hanya menganggap dia sebagai teman kerja belaka. Kisah Pak Martasatang, orang tua Samin seorang buruh proyek yang cemas anaknya menjadi tumbal pembangunan jembatan ketika anaknya tersebut hilang, menggambarkan kisah masyarakat desa yang masih lekang akan pengaruh animisme yang masih terjadi di Indonesia, dan berbagai kisah lainnya di sekitar proyek.

Tohari menutup buku Orang-orang Proyek ini dengan sebuah pertanyaan menarik, yang mungkin kita sendiri tak bisa menjawabnya. "Dengan mental "orang-orang proyek" yang merajalela di mana-mana, bisakah orang berharap akan terbangun tatanan yang hidup yang punya masa depan?". Ironis memang, tapi bukan berarti kita tak punya harapan.