Jumat, 30 Maret 2012

Pope Joan: Sebuah Novel

Judul: Pope Joan: Sebuah Novel
Penulis: Donna Woolfolk Cross
Penerjemah: FX Dono Sunardi
Tebal: 736
Penerbit: Serambi
ISBN: 9791112436

Paus Joan, bisa jadi merupakan sosok kontroversial dalam sejarah agama Katolik Roma. Keberadaannya diragukan namun berbagai dokumen sejarah meyakini bahwa yang bersangkutan pernah hidup dan memimpin tampuk pemerintahan kepausan. 

Donna Woolfolk Cross menuliskan kisah hidup Pope Joan, dalam buku berjudul Pope Joan, dan diterjemahkan oleh penerbit Serambi menjadi buku Pope Joan: Sebuah Novel, ini. Joan kecil, di buku ini, sudah mengalami kesusahan karena usahanya untuk mempelajari ilmu pengetahuan karena dihalang-halangi oleh sang ayah, seorang kanon agama Katolik di desa Ingelheim. Sebenanya apa yang salah dari sosok Joan kecil? Tak ada, hanya karena pada zaman itu, wanita adalah makhluk kelas terbelakang dalam kesejajaran hubungan gender. Oleh karena itu, perempuan tak boleh menuntut ilmu. Sosok perempuan hanya ada untuk menjadi ibu rumah tangga, yang di saat usia belasan tahun sudah dinikahkan. Apalagi ilmu yang dipelajari Joan tak semata berupa materi agama, tetapi juga materi yang ditulis oleh kaum pagan sebelum agama Kristen lahir. Joan hanya bisa belajar secara bersembunyi bersama Matthew, kakaknya, yang disiapkan menjadi pemuka agama oleh ayahnya, membaca dan menulis. Namun kesedihan luar biasa didapatkannya, ketika Matthew meninggal karena sakit.

Tapi tak lama kemudian, keberuntungan datang bagi Joan ketika rumahnya didatangi oleh Aesculapius, seorang pengajar schola, yang percaya akan kecerdasan yang dimiliki oleh Joan, sehingga mau meluangkan waktunya untuk mengajari Joan dan John, yang juga adalah kakaknya, yang sebenarnya tidak memiliki minat untuk belajar dan kecerdasannya yang kurang, namun digadang-gadangkan oleh sang ayah untuk menggantikan Matthew, sang kakak sulung. Semenjak itu, karir sekolah Joan berlanjut, sampai dia bertemu dengan Gerold, seorang pegwai kekaisaran Frankland, yang menjadi orang tua asuh bagi Joan dan belakangan menjadi kekasih bagi Joan.

Perubahan terjadi ketika terjadi penyerangan oleh orang-orang Viking, dimana kakak Joan, John tewas terbunuh. Semenjak itu, dengan menyamar menjadi John, Joan akhirnya hidup sebagai lelaki dan hidup menjadi biarawan di Fulda. Semenjak itu karir keagamaan Joan melesat, sampai ketika dia berkelana ke Roma, Joan mengalami pucak karirnya, yaitu menjadi seorang Paus, di tengah intrik politik memperebutkan kepemimpinan Paus. Ketika menjadi Paus, Joan tidak semerta-merta mementingkan kekuasannya tetapi mau memperjuangkan kaum wnaita dengan berupaya mendirikan sekolah untuk perempuan, juga berani menempuh resiko, untuk peduli kepada rakyat Roma yang hidup dalam kemiskinan. 

Buku ini Pope Joan bagi saya sangat enak dibaca. Saya bisa merasakan, bagaimana menderitanya hidup sebagai perempuan, bagi Joan, meskipun dirinya diberkahi kekuatan berpikir dan berlogika yang tinggi. Bagaimana kerasnya Joan, menghadapi diskriminasi terhadap perempuan, sampai memutuskan untuk menyamarkan diri menjadi seorang laki-laki, sampai pada puncak karirnya yang tak pernah diimpi-impikannya menjadi seorang Paus. Beberapa kesulitan memang saya temukan, ketika menjumpai kalimat latin, yang seringkali tidak diterjemahkan, namun bisa ditangkap maknanya ketika kita melihatnya dalam konteks kalimatnya. Selain itu, pemahaman akan sejarah masa silam begitu terasa. Sosok Pope Joan yang cerdas, berani, tanggap akan penderitaan orang lain serta tegas, tergambarkan dengan baik dalam kisah ini. Mengingat kisah yang bagus, 4 dari 5 bintang, saya berikan untuk buku ini.   

Dibaca dalam rangka review buku bersama Pope Joan oleh BBI, 30 Maret 2012

4 komentar:

  1. "pemahaman akan sejarah masa silam begitu terasa. Sosok Pope Joan yang cerdas, berani, tanggap akan penderitaan orang lain serta tegas, tergambarkan dengan baik dalam kisah ini" << setuju!

    Yang bikin prihatin adalah penghilangan lembar sejarah ini, karena begitu banyak karya besar yg dilakukan Pope Joan (baik bagi Gereja sendiri, maupun bagi kemanusiaan). Tapi untunglah ada para sejawaran yg gigih menemukan "permata yg hilang" ini ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mungkin di rasa memalukan. Kalau baca bukunya kan tahu di zaman itu, waniyta dibuat terbelakang sekali :(

      Hapus
  2. Udah difilm in belum ya? Kayaknya kalo dibikin film seruuu!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudah mbak, tapi kalo lihat di imdb, ratingnya nggak begitu bagus. Ah, bagi saya baca bukunya sudah cukup, bagus ko :)

      Hapus